Langsung ke konten utama

Budaya Indonesia | Mengapa kita lebih suka makan pakai tangan?


Awal Mula





Rasanya, tidak lengkap apabila kita tidak menggunakan tangan kanan kita untuk menyantap lezatnya nasi padang. Entah itu di rumah, di kantor, dimana pun kita makan apalagi jika di rumah padang atau di warteg, tidak sah rasanya jika tidak makan pakai tangan sambil kaki kanan dijadikan tumpu di kursi kita.  Konon, makan pakai tangan malah membuat suatu masakan terasa lebih sedap, hingga memacu nafsu makan. Hmm.... awal mulanya gimana ya?


    Kebiasaan bersantap yang sudah mendarah daging dalam budaya masyarakat Nusantara ini juga merupakan warisan yang perlu dilestarikan. Pasalnya, kehadiran sendok dan garpu yang dibawa pedagang Eropa ke Asia Tenggara --khususnya ke Indonesia-- saja tak mampu menggeser kebiasaan ini. Makan menggunakan tangan merupakan kebiasaan asli Bangsa Indonesia, dan ini ada kaitannya dengan tradisi menyantap nasi bungkus. Aslinya masyarakat Indonesia menggunakan tangan untuk menikmati hidangan khas di masa lampau. Contohnya, seperti nasi rames atau yang kita kenal sebagai nasi padang, sunda, jawa. Adapun juga nasi prasmanan khas Jawa Barat yang biasanya disantap pakai tangan.

    
    Beberapa penganan dari Timur Indonesia, yang mana masyarakatnya banyak mengonsumsi umbi-umbian, juga lebih nikmat dimakannya dengan tangan. Meskipun begitu, tak semua makanan dinikmati menggunakan tangan. Zaman dahulu, sebelum sendok hadir, makanan berkuah seperti nasi liwet ala Solo atau bubur lebih sering dinikmati dengan suru --sendok dari daun pisang.


Di Pulau Jawa, kebiasaan makan menggunakan tangan punya banyak istilah




"Misal di Jawa dengan cara muluk, di mana jari-jari membentuk kerucut sehingga makanan yang diambil juga tidak bisa terlalu banyak, dan jari didekatkan bahkan ditempelkan ke mulut saat memasukkan makanan," ujar Arie, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada.

Pada praktiknya, muluk bukan hanya dilakukan saat makan sehari-hari, melainkan juga ketika acara adat 'selamatan.' Biasanya, muluk merupakan cara menikmati nasi tumpeng dalam sebuah acara adat, yang kemudian sajian tersebut dimakan ramai-ramai pakai tangan.
Beda halnya dengan kebiasaan kenduri. Cara makan satu ini juga menggunakan tangan, namun makanan yang disajikan sudah dijatah porsian, beralaskan piring atau besek bambu.
Sementara masyarakat Sunda lebih nyaman dengan istilah ngaliwet atau ngeliwet. Kebiasaan makan satu ini identik dengan kegiatan 'menggelar' selembar daun pisang, lalu nasi dan lauk-pauknya ditata di atasnya.
Kemudian, makanan pun disantap berbarengan; langsung di atas daun pisang sambil mengambil makanannya menggunakan tangan.

Sementara itu, posisi makan ngaliwet biasanya sambil duduk bersila atau bersimpuh, istilahnya lesehan.


Pada akhirnya mereka lebih memilih bersantap dengan menggunakan sendok dan garpu. Termasuk dalam menikmati makanan khas daerah, seperti nasi padang, ada yang lebih memilih menyantapnya dengan bantuan sendok dan garpu.
Kehadiran alat bantu ini tak lantas atau tak mampu menggeser kebiasaan makan yang sudah menjadi cara asli orang Indonesia, yaitu makan pakai tangan maupun sendok justru kini hadir berdampingan secara harmonis, menjadi pilihan cara makan yang beriringan dan saling melengkapi.

Adapun negara-negara lain yang biasa menyantap makanan mereka dengan tangan. Berikut negara-negaranya:
1. India - sajian roti khas; seperti naan, canai, serta chapati
2. Malaysia - nasi lemak
3. Kenya - makanan khas yakni ugali atau fufu
4. Mesir - roti fathir, isyh, kofta (seperti kebab)
5. Jepang -sushi
6. Italia - pizza
7. Amerika - burger, hotdog, french fries

Komentar